Featured Post
Featured Post
Program Mendikbud Full-day school (sekolah sehari penuh) Menuai Beragam Pro Dan Kontra
Usulan kebijakan program full day school atau sekolah sehari penuh langsung menuai banyak respons masyarakat umumnya khawatir kebijakan ini ...
MAKASSAR - Wacana full day school dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhajir Effendi masih mengundang pro dan kontra di tengah masyarakat. Namun, SMAN 1 (SMANSA) Makassar mulai berani menerapkan sistem ini.
Mulai Senin (22/8) kemarin, siswa SMANSA Makassar pulang sekolah lebih lama. Jam belajar dimulai pukul 07.15 hingga 16.00 Wita. Senin hingga Jumat, siswa belajar hingga sore dengan tiga waktu istirahat. Istirahat pertama pukul 10.15 Wita, kedua pukul 12.00, masing-masing selama 45 menit. Siswa berkesempatan makan siang dan salat. Lalu, istirahat ketiga pukul 15.00 Wita.
Kepala SMAN 1 Makassar, Abdul Hajar, menuturkan, kebijakan full day school perlu dikawal baik. Sebelum menerapkannya, sekolah terlebih dahulu koordinasi dengan beberapa pihak, disesuaikan komitmen sekolah.
"Yang penting sistem dan perangkatnya siap. Ini pernah dijalankan waktu RSBI, tinggal penyesuaian. Saya rasa sekolah siap menerapkan sistem ini, untuk menunjang pendidikan yang berkualitas," tutur Hajar, seperti dikutip dari Fajar, Selasa (23/8).
Khusus Sabtu, waktu bagi siswa-siswi mengembangkan potensi diri. Tak ada proses belajar mengajar. Mulai pukul 07.15 hingga 13.00 Wita, mereka berkesempatan mengenal serta mengembangkan minat dan bakatnya.
Hanya, karena program ini masih baru, masih ada siswa yang berharap konsep full day school dikaji ulang. Salah seorang siswi SMAN 1 Makassar, Andi Siti Khadijah Tenri Pada misalnya, siswa sudah tidak bersemangat lagi kalau mendapat mata pelajaran berat di siang hari. "Seharusnya digunakan untuk istirahat," ujarnya.
Plt Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Makassar, Ismunandar, mengatakan, full day school sebenarnya sudah lama diterapkan di Makassar. Tepatnya sejak tiga tahun lalu.
Hanya, baru sebagian sekolah yang bisa menjalankannya. Sebab, butuh penunjang kebutuhan agar anak didik tidak merasa bosan seharian di sekolah.
Sistem ini baru kembali muncul dan menimbulkan perdebatan. Sosialisasi full day school juga sudah dilakukan di beberapa sekolah negeri maupun swasta di Makassar.
"Kami kembalikan semua ke kepala sekolah yang bersangkutan. Kalau mereka menjalankannya, tentu sangat bersyukur dan efektif. Anak didik bisa terpantau kegiatannya, tidak berkeliaran lagi setelah jam sekolah selesai," tutur Ismunandar.
Para kepala sekolah juga harus mengevaluasi jika ingin menerapkan full day school. Harus menyediakan fasilitas yang tidak menjenuhkan anak didik dan memberikan rasa nyaman di sekolah.
"Sosialisasi full day school terus kami jalankan ke beberapa sekolah, seperti di SMAN 1, SMAN 3, dan SMPN 6 Makassar yang sudah menjalankan full day school ini, " tutupnya. (nursan tunnisa/jpnn)
Source"http://www.jpnn.com/read/2016/08/23/462586/Di-Tengah-Perdebatan-Sekolah-Ini-Mulai-Terapkan-Full-Day-School-/page2" Unknown 01.15 New Google SEO Bandung, Indonesia
Mulai Senin (22/8) kemarin, siswa SMANSA Makassar pulang sekolah lebih lama. Jam belajar dimulai pukul 07.15 hingga 16.00 Wita. Senin hingga Jumat, siswa belajar hingga sore dengan tiga waktu istirahat. Istirahat pertama pukul 10.15 Wita, kedua pukul 12.00, masing-masing selama 45 menit. Siswa berkesempatan makan siang dan salat. Lalu, istirahat ketiga pukul 15.00 Wita.
Kepala SMAN 1 Makassar, Abdul Hajar, menuturkan, kebijakan full day school perlu dikawal baik. Sebelum menerapkannya, sekolah terlebih dahulu koordinasi dengan beberapa pihak, disesuaikan komitmen sekolah.
"Yang penting sistem dan perangkatnya siap. Ini pernah dijalankan waktu RSBI, tinggal penyesuaian. Saya rasa sekolah siap menerapkan sistem ini, untuk menunjang pendidikan yang berkualitas," tutur Hajar, seperti dikutip dari Fajar, Selasa (23/8).
Khusus Sabtu, waktu bagi siswa-siswi mengembangkan potensi diri. Tak ada proses belajar mengajar. Mulai pukul 07.15 hingga 13.00 Wita, mereka berkesempatan mengenal serta mengembangkan minat dan bakatnya.
Hanya, karena program ini masih baru, masih ada siswa yang berharap konsep full day school dikaji ulang. Salah seorang siswi SMAN 1 Makassar, Andi Siti Khadijah Tenri Pada misalnya, siswa sudah tidak bersemangat lagi kalau mendapat mata pelajaran berat di siang hari. "Seharusnya digunakan untuk istirahat," ujarnya.
Plt Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Makassar, Ismunandar, mengatakan, full day school sebenarnya sudah lama diterapkan di Makassar. Tepatnya sejak tiga tahun lalu.
Hanya, baru sebagian sekolah yang bisa menjalankannya. Sebab, butuh penunjang kebutuhan agar anak didik tidak merasa bosan seharian di sekolah.
Sistem ini baru kembali muncul dan menimbulkan perdebatan. Sosialisasi full day school juga sudah dilakukan di beberapa sekolah negeri maupun swasta di Makassar.
"Kami kembalikan semua ke kepala sekolah yang bersangkutan. Kalau mereka menjalankannya, tentu sangat bersyukur dan efektif. Anak didik bisa terpantau kegiatannya, tidak berkeliaran lagi setelah jam sekolah selesai," tutur Ismunandar.
Para kepala sekolah juga harus mengevaluasi jika ingin menerapkan full day school. Harus menyediakan fasilitas yang tidak menjenuhkan anak didik dan memberikan rasa nyaman di sekolah.
"Sosialisasi full day school terus kami jalankan ke beberapa sekolah, seperti di SMAN 1, SMAN 3, dan SMPN 6 Makassar yang sudah menjalankan full day school ini, " tutupnya. (nursan tunnisa/jpnn)
Source"http://www.jpnn.com/read/2016/08/23/462586/Di-Tengah-Perdebatan-Sekolah-Ini-Mulai-Terapkan-Full-Day-School-/page2" Unknown 01.15 New Google SEO Bandung, Indonesia
![thumbnail](http://2.bp.blogspot.com/-uitX7ROPtTU/Tyv-G4NA_uI/AAAAAAAAFBY/NcWLPVnYEnU/s1600/no+image.jpg)
Di Tengah Perdebatan, Sekolah Ini Mulai Terapkan Full Day School
Posted by Program Full Day School on Selasa, 23 Agustus 2016
JAKARTA - Penerapan gagasan full day school yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy memang masih menjadi sebuah wacana.
Sebab, mkondisi Indonesia yang heterogen wacana ini masih perlu dipertimbangkan lebih matang sebelum akhirnya diterapkan. Pendiri Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indoenesi (LP3I), Syahrial Yusuf menuturkan, wilayah Indonesia sendiri memiliki kondisi yang berbeda-beda secara geografis dan infrastruktur. "Kalau infrastruktur merata sih mungkin tak terlalu masalah ya, tapi dilihat dari realitas infrastruktur fasilitas pendidikan saja masih banyak temuan yang memprihatinkan loh.
Belum lagi biaya yang dikeluarkan untuk implementasi nanti, baik dari sisi sekolah atau pemerintah dan wali murid," ungkapnya dalam keterangan tertulis yang diterima Okezone, Minggu (21/8/2016). Syahrial menjelaskan, jika wacana full day school tersebut belum memiliki konsep serta teknis yang tampak, ada baiknya tidak dilempar ke publik. Sebab, hal itu justru akan terkesan cenderung dipaksakan. "Ingat bahwa negara Indonesia ini sangat luas dan heterogen, maka harus ada standardisasi tertentu yang relevan,” imbuhnya.
Selain itu, dari sisi siswa juga mereka akan keletihan yang berimbas pada kurangnya konsentrasi belajar. Dari sisi guru juga, mereka akan terbebani karena di luar dari konteks jam mengajar mereka. "Guru juga bisa terbebani, di luar konteks jam mengajar kan juga mereka administratif. Hak orangtua juga demikian," imbuhnya. Syahrial menambahkan, agar kegiatan tersebut bersifat opsional. Sebab, bisa digunakan untuk melatih bakat siswa, terlebih di jenjang sekolah dasar (SD). "Gimana kalau diwarkan full day play saja dalam hari tertentu, jangan-jangan mereka malah lebih suka seperti itu? Kan ada unsur playing tuh ya,” tutupnya. (afr) Unknown 01.12 New Google SEO Bandung, Indonesia
Sebab, mkondisi Indonesia yang heterogen wacana ini masih perlu dipertimbangkan lebih matang sebelum akhirnya diterapkan. Pendiri Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indoenesi (LP3I), Syahrial Yusuf menuturkan, wilayah Indonesia sendiri memiliki kondisi yang berbeda-beda secara geografis dan infrastruktur. "Kalau infrastruktur merata sih mungkin tak terlalu masalah ya, tapi dilihat dari realitas infrastruktur fasilitas pendidikan saja masih banyak temuan yang memprihatinkan loh.
Belum lagi biaya yang dikeluarkan untuk implementasi nanti, baik dari sisi sekolah atau pemerintah dan wali murid," ungkapnya dalam keterangan tertulis yang diterima Okezone, Minggu (21/8/2016). Syahrial menjelaskan, jika wacana full day school tersebut belum memiliki konsep serta teknis yang tampak, ada baiknya tidak dilempar ke publik. Sebab, hal itu justru akan terkesan cenderung dipaksakan. "Ingat bahwa negara Indonesia ini sangat luas dan heterogen, maka harus ada standardisasi tertentu yang relevan,” imbuhnya.
Selain itu, dari sisi siswa juga mereka akan keletihan yang berimbas pada kurangnya konsentrasi belajar. Dari sisi guru juga, mereka akan terbebani karena di luar dari konteks jam mengajar mereka. "Guru juga bisa terbebani, di luar konteks jam mengajar kan juga mereka administratif. Hak orangtua juga demikian," imbuhnya. Syahrial menambahkan, agar kegiatan tersebut bersifat opsional. Sebab, bisa digunakan untuk melatih bakat siswa, terlebih di jenjang sekolah dasar (SD). "Gimana kalau diwarkan full day play saja dalam hari tertentu, jangan-jangan mereka malah lebih suka seperti itu? Kan ada unsur playing tuh ya,” tutupnya. (afr) Unknown 01.12 New Google SEO Bandung, Indonesia
Cobalah ingat bagaimana rasanya menjadi anak ketika seusianya. Jangan sampai dia menjadi apa yang Anda inginkan karena dia akan menyalahkan Anda ketika masa depan yang Anda siapkan untuknya hancur berantakan.
Suatu hari di sebuah kantor di bilangan Jakarta:
Pekerja 1: Eh, udah dengar soal full day school?
Pekerja 2: Udah, gila apa anak gue seharian di sekolah? Bisa ngebul (berasap) dia.
Pekerja 3: Iyam gila. Gue pulang kan mau ketemu dia. Masa gue pulang dia udah tepar. Kagak, ah!
Sepertinya percakapan macam ini jadi sering terdengar ketika Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang baru, Muhadjir Effendy, mencetuskan ide belajar sehari penuh (full day school) untuk tingkat SD dan SMP.
(BACA: Pro dan kontra program penambahan jam sekolah)
"Dengan sistem full day school ini, secara perlahan anak didik akan terbangun karakternya dan tidak menjadi liar di luar sekolah ketika orangtua mereka masih belum pulang dari kerja," kata Muhadjir saat melontarkan wacana full day school tersebut beberapa waktu lalu.
Beberapa orangtua yang saya ketahui terlihat menentang usul ini. Alasannya karena kasihan pada si anak, akomodasi sekolah yang belum memadai, dan tenaga pengajar yang belum seprofesional itu untuk mewadahi anak seharian.
Namun kemudian Muhadjir meralat pernyataannya sendiri. Ia mengatakan bahwa "sebenarnya ini masih ide saja".
Tapi, mari kita lihat kira-kira apa dampaknya bagi anak itu sendiri, jika rencana ini benar diterapkan. Anda masih ingat kenangan bersekolah di masa SD dan SMP? Saya, seperti sebagian besar masyarakat Indonesia, berasal dari sekolah negeri.
Kenangan terbaik saya saat masa SD adalah bermain, belajar menari, dan guru yang namanya masih saya ingat sampai sekarang.
"Jangan sampai dia menjadi apa yang ANDA inginkan karena, percayalah, dia akan menyalahkan Anda ketika masa depan yang Anda siapkan untuknya hancur berantakan."
Dulu, salah satu guru SD saya pernah bilang, bahwa guru SD adalah guru yang namanya tidak akan pernah dilupakan oleh seorang anak. Kenapa? Karena kita bersamanya selama enam tahun di saat pertumbuhan otak sedang di masa emas.
Pulang sekolah, saya masih sempat makan siang, istirahat. Sorenya bermain sepeda, malam harinya belajar. Masuk SMP, kenangan terbaik saya adalah geng cewek yang persahabatannya bertahan hingga sekarang, kenal lawan jenis, dan takut sama yang namanya matematika.
Dari dua tingkat pendidikan di atas apakah kesamaannya? Interaksi sosial. Saya masih bisa berinteraksi layaknya anak pada usianya. Interaksi itu yang mendasari “sekolah dunia sesungguhnya" hingga saat ini.
Saya jadi bisa tahu mana teman yang baik, mana yang hanya mencari keuntungan, dan mana yang bisa menjadi seseorang yang membawa saya jadi sosok lebih baik lagi.
Sekolah itu enggak melulu soal edukasi formal mengenal Sin Cos Tan dan variabelnya dengan sudut kemiringan. Karena terbukti bahwa mereka yang sukses di luar sana adalah mereka yang pintar mengelola emotional quotient-nya (EQ) dibanding mengedepankan intelligence quotient (IQ).
Contohnya bos Facebook, Mark Zuckerberg, yang drop-out dari Universitas Harvard. Dia sempat digugat rekan-rekannya sendiri dalam hal hak cipta Facebook. Interaksi negatif ini membawanya mengelola Facebook lebih baik lagi dan menyumbangkan 99% pendapatan Facebook (sekitar US$45 juta) ke badan amal. EQ mengalahkan IQ!
Buat saya, contoh anak yang imbang dalam mengendalikan IQ dan EQ adalah Azka Corbuzier — anak semata wayang mentalis Deddy Corbuzier. Mata saya berkaca-kaca ketika melihat dia membuat video kehidupannya sebagai anak hasil perceraian, yang diberi judul Story of a Broken Home Kid.
Dengan goresan kekanakan, Azka menceritakan itu dalam bentuk kartun yang dipahami anak seusianya. Tapi maknanya bikin kedua orangtuanya, dan para orangtua lainnya, nangis bombay lihat anak sekecil itu paham rasanya hidup di dunia perceraian.
Buat Anda pembaca, coba tanyakan ke diri Anda sendiri, apakah seluruh ilmu yang Anda dapat di sekolah dulu benar-benar bisa diterapkan ke pekerjaan Anda sekarang?
“Oh, saya mau ke Kemayoran tapi ongkosnya kurang. Kalau begitu saya pakai rumus Phytagoras biar ongkosnya cukup,” kata hati Anda yang langsung dikeplak sama otak.
Ingat jugakah Anda dengan betapa menakutkannya suatu mata pelajaran yang Anda benci? Saya lemah dalam dunia eksakta dan ketakutan setengah mati tiap kali ulangan.
Pernah saya paksakan diri untuk belajar habis-habisan karena terancam nilai merah di rapor. Yang ada saya ngos-ngosan dan otak terasa panas (saya bukan kesurupan, tapi kelelahan).
Nah, bayangkan pelajaran yang Anda takuti itu dikalikan dua dalam sehari. Jangan salahkan jika nantinya banyak anak SD dan SMP yang sudah tahu bolos karena sudah keburu ciut menuju sekolah.
Ada satu rekan sesama orangtua yang pernah berbagi mengenai sekolah anaknya. Si rekan memasukkan anak ini ke sekolah terpadu dengan target luar biasa untuk sekelas SD, masuk jam 06:45 dan selesai pukul 15:00.
Tapi kemudian dia bilang anaknya selalu mengeluh sakit perut setiap mau berangkat. Awalnya dikira sakit sungguhan. lama-lama seperti mencari alasan. Namun sesungguhnya dia stres karena harus berada di tempat yang mewajibkannya "pintar".
Coba Anda yang berada di posisinya. Tiap hari mesti ketemu atasan yang mewajibkan Anda presentasi di depan klien berbahasa Urdu dan wajib mendatangkan rupiah ke kantung perusahaan. Apa enggak sembelit tiap mau berangkat?
Empati... belajarlah empati. Cobalah ingat bagaimana rasanya menjadi anak ketika seusianya. Tumpas habis ajaran jadul yang mengharuskan Anda belajar keras.
Kini saatnya belajar cerdas. Pilih metodologi yang tepat bagi anak Anda dan imbangi dengan interaksinya ke lingkungan.
Biarkan dia berkembang sesuai dengan talentanya. Jangan sampai dia menjadi apa yang ANDA inginkan karena, percayalah, dia akan menyalahkan Anda ketika masa depan yang Anda siapkan untuknya hancur berantakan.
Source"http://www.rappler.com/indonesia/142835-full-day-school-orang-tua-anak-sekolah" Unknown 01.09 New Google SEO Bandung, Indonesia
Suatu hari di sebuah kantor di bilangan Jakarta:
Pekerja 1: Eh, udah dengar soal full day school?
Pekerja 2: Udah, gila apa anak gue seharian di sekolah? Bisa ngebul (berasap) dia.
Pekerja 3: Iyam gila. Gue pulang kan mau ketemu dia. Masa gue pulang dia udah tepar. Kagak, ah!
Sepertinya percakapan macam ini jadi sering terdengar ketika Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang baru, Muhadjir Effendy, mencetuskan ide belajar sehari penuh (full day school) untuk tingkat SD dan SMP.
(BACA: Pro dan kontra program penambahan jam sekolah)
"Dengan sistem full day school ini, secara perlahan anak didik akan terbangun karakternya dan tidak menjadi liar di luar sekolah ketika orangtua mereka masih belum pulang dari kerja," kata Muhadjir saat melontarkan wacana full day school tersebut beberapa waktu lalu.
Beberapa orangtua yang saya ketahui terlihat menentang usul ini. Alasannya karena kasihan pada si anak, akomodasi sekolah yang belum memadai, dan tenaga pengajar yang belum seprofesional itu untuk mewadahi anak seharian.
Namun kemudian Muhadjir meralat pernyataannya sendiri. Ia mengatakan bahwa "sebenarnya ini masih ide saja".
Tapi, mari kita lihat kira-kira apa dampaknya bagi anak itu sendiri, jika rencana ini benar diterapkan. Anda masih ingat kenangan bersekolah di masa SD dan SMP? Saya, seperti sebagian besar masyarakat Indonesia, berasal dari sekolah negeri.
Kenangan terbaik saya saat masa SD adalah bermain, belajar menari, dan guru yang namanya masih saya ingat sampai sekarang.
"Jangan sampai dia menjadi apa yang ANDA inginkan karena, percayalah, dia akan menyalahkan Anda ketika masa depan yang Anda siapkan untuknya hancur berantakan."
Dulu, salah satu guru SD saya pernah bilang, bahwa guru SD adalah guru yang namanya tidak akan pernah dilupakan oleh seorang anak. Kenapa? Karena kita bersamanya selama enam tahun di saat pertumbuhan otak sedang di masa emas.
Pulang sekolah, saya masih sempat makan siang, istirahat. Sorenya bermain sepeda, malam harinya belajar. Masuk SMP, kenangan terbaik saya adalah geng cewek yang persahabatannya bertahan hingga sekarang, kenal lawan jenis, dan takut sama yang namanya matematika.
Dari dua tingkat pendidikan di atas apakah kesamaannya? Interaksi sosial. Saya masih bisa berinteraksi layaknya anak pada usianya. Interaksi itu yang mendasari “sekolah dunia sesungguhnya" hingga saat ini.
Saya jadi bisa tahu mana teman yang baik, mana yang hanya mencari keuntungan, dan mana yang bisa menjadi seseorang yang membawa saya jadi sosok lebih baik lagi.
Sekolah itu enggak melulu soal edukasi formal mengenal Sin Cos Tan dan variabelnya dengan sudut kemiringan. Karena terbukti bahwa mereka yang sukses di luar sana adalah mereka yang pintar mengelola emotional quotient-nya (EQ) dibanding mengedepankan intelligence quotient (IQ).
Contohnya bos Facebook, Mark Zuckerberg, yang drop-out dari Universitas Harvard. Dia sempat digugat rekan-rekannya sendiri dalam hal hak cipta Facebook. Interaksi negatif ini membawanya mengelola Facebook lebih baik lagi dan menyumbangkan 99% pendapatan Facebook (sekitar US$45 juta) ke badan amal. EQ mengalahkan IQ!
Buat saya, contoh anak yang imbang dalam mengendalikan IQ dan EQ adalah Azka Corbuzier — anak semata wayang mentalis Deddy Corbuzier. Mata saya berkaca-kaca ketika melihat dia membuat video kehidupannya sebagai anak hasil perceraian, yang diberi judul Story of a Broken Home Kid.
Dengan goresan kekanakan, Azka menceritakan itu dalam bentuk kartun yang dipahami anak seusianya. Tapi maknanya bikin kedua orangtuanya, dan para orangtua lainnya, nangis bombay lihat anak sekecil itu paham rasanya hidup di dunia perceraian.
Buat Anda pembaca, coba tanyakan ke diri Anda sendiri, apakah seluruh ilmu yang Anda dapat di sekolah dulu benar-benar bisa diterapkan ke pekerjaan Anda sekarang?
“Oh, saya mau ke Kemayoran tapi ongkosnya kurang. Kalau begitu saya pakai rumus Phytagoras biar ongkosnya cukup,” kata hati Anda yang langsung dikeplak sama otak.
Ingat jugakah Anda dengan betapa menakutkannya suatu mata pelajaran yang Anda benci? Saya lemah dalam dunia eksakta dan ketakutan setengah mati tiap kali ulangan.
Pernah saya paksakan diri untuk belajar habis-habisan karena terancam nilai merah di rapor. Yang ada saya ngos-ngosan dan otak terasa panas (saya bukan kesurupan, tapi kelelahan).
Nah, bayangkan pelajaran yang Anda takuti itu dikalikan dua dalam sehari. Jangan salahkan jika nantinya banyak anak SD dan SMP yang sudah tahu bolos karena sudah keburu ciut menuju sekolah.
Ada satu rekan sesama orangtua yang pernah berbagi mengenai sekolah anaknya. Si rekan memasukkan anak ini ke sekolah terpadu dengan target luar biasa untuk sekelas SD, masuk jam 06:45 dan selesai pukul 15:00.
Tapi kemudian dia bilang anaknya selalu mengeluh sakit perut setiap mau berangkat. Awalnya dikira sakit sungguhan. lama-lama seperti mencari alasan. Namun sesungguhnya dia stres karena harus berada di tempat yang mewajibkannya "pintar".
Coba Anda yang berada di posisinya. Tiap hari mesti ketemu atasan yang mewajibkan Anda presentasi di depan klien berbahasa Urdu dan wajib mendatangkan rupiah ke kantung perusahaan. Apa enggak sembelit tiap mau berangkat?
Empati... belajarlah empati. Cobalah ingat bagaimana rasanya menjadi anak ketika seusianya. Tumpas habis ajaran jadul yang mengharuskan Anda belajar keras.
Kini saatnya belajar cerdas. Pilih metodologi yang tepat bagi anak Anda dan imbangi dengan interaksinya ke lingkungan.
Biarkan dia berkembang sesuai dengan talentanya. Jangan sampai dia menjadi apa yang ANDA inginkan karena, percayalah, dia akan menyalahkan Anda ketika masa depan yang Anda siapkan untuknya hancur berantakan.
Source"http://www.rappler.com/indonesia/142835-full-day-school-orang-tua-anak-sekolah" Unknown 01.09 New Google SEO Bandung, Indonesia
Menteri pendidikan dan kebudayaan Muhadjir Effendy memastikan pemberlakuan sistem full day school atau sekolah sehari penuh saat ini pihaknya tengah menunggu regulasi dan kajian teknis dalam pelaksanaannya sebab tidak semua sekolah siap menerima sistem ini karena keterbatasan SDM dan fasilitas pemberlakuan sistem full day school tidak menutup kemungkinan akan menambah biaya sekolah.
"Berkaitan dengan ujian karakter tingkat SD dan SMP lah itu istamasi masyarakat ya tapikan tidak ada jeleknya kalau sekolah juga ikut menanggung" ujar Muhadjir Effendy Mendikbud
Mendukung kebijakan full day school wakil presiden Yusuf kalla ingatkan sistem sekolah sehari penuh bukanlah hal baru namun untuk di terapkan di sekolah umum perlu di kaji lebih lanjut
"Jangankan full day ada sekolah yang all day kaya pesantren, pesantren kan siang malam itu bukan hal yang unik itu hal biasa saja cuma ada yang mampu ada tidak mampu jadi saya bilang uji coba dulu di daerah-daerah tertentu kalau memang hasilnya baik boleh secara bertahap" ucap Yusuf Kalla Wakil Presiden
Usulan perpanjangan jam belajar atau full day school di sekolah dasar dan menengah ini terus menuai pro dan kontra namun mendikbud tegaskan sistem ini tidak semata-mata membebankan atau menambah jam pelajaran sekolah bagi siswa tetapi akan di isi dengan kegiatan ekstrakurikuler yang menyenangkan
Source"http://regionaldailly.blogspot.co.id/2016/08/muhadjir-effendy-full-day-school-akan.html" Unknown 01.04 New Google SEO Bandung, Indonesia
"Berkaitan dengan ujian karakter tingkat SD dan SMP lah itu istamasi masyarakat ya tapikan tidak ada jeleknya kalau sekolah juga ikut menanggung" ujar Muhadjir Effendy Mendikbud
Mendukung kebijakan full day school wakil presiden Yusuf kalla ingatkan sistem sekolah sehari penuh bukanlah hal baru namun untuk di terapkan di sekolah umum perlu di kaji lebih lanjut
"Jangankan full day ada sekolah yang all day kaya pesantren, pesantren kan siang malam itu bukan hal yang unik itu hal biasa saja cuma ada yang mampu ada tidak mampu jadi saya bilang uji coba dulu di daerah-daerah tertentu kalau memang hasilnya baik boleh secara bertahap" ucap Yusuf Kalla Wakil Presiden
Usulan perpanjangan jam belajar atau full day school di sekolah dasar dan menengah ini terus menuai pro dan kontra namun mendikbud tegaskan sistem ini tidak semata-mata membebankan atau menambah jam pelajaran sekolah bagi siswa tetapi akan di isi dengan kegiatan ekstrakurikuler yang menyenangkan
Source"http://regionaldailly.blogspot.co.id/2016/08/muhadjir-effendy-full-day-school-akan.html" Unknown 01.04 New Google SEO Bandung, Indonesia
Usulan kebijakan program full day school atau sekolah sehari penuh langsung menuai banyak respons masyarakat umumnya khawatir kebijakan ini akan menghambat sosialisasi dan karakter anak namun selasa siang menteri pendidikan dan kebudayaan Muhadjir Effendy tegaskan rencana program belajar tambahan untuk jenjang SD dan SMP ini sifatnya kokurikuler
"jadi nanti tidak ada mata pelajaran jadi itu kegiatan yang menggembirakan kegiatan kokurikuler yang nanti bisa merangkum tujuan tadi 18 karakter itu maksud kita jadi mohon sekali lagi untuk tidak menggunakan kata-kata full day karena itu memang sangat menyesatkan jadi sebetulnya adalah kegiatan tambahan kegiatan full kurikuler di sekolah" ujar Muhadjir Effendy Mendikbud
Kegiatan penambahan jam pelajaran bertujuan untuk pembentukan karakter siswa sekaligus menjadikan sekolah rumah kedua usulan program sekolah sepanjang hari atau full day school juga di dukung menteri pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi Asman Abnur agar bisa bersinergi dengan program baru kemendikbud ini pihaknya akan menyiapkan sumber daya guru
"ya mungkin untuk peningkatan kualitas ya kalau peningkatan kualitas harus kita dukung karena kan banyak juga ternyata guru-guru yang harus di up date terus ilmunya tidak boleh ketinggalan nah saya lagi metakan ini berapa usia guru yang muda berapa yang sedang berapa yang sudah tua nah untuk terhadap ini apa langkah kita" ucap Asman Abnur Menpan RB
Sementara itu pemerhati anak Seto Mulyadi menilai butuh pengkajian lebih dalam dari respons masyarakat terhadap usulan kebijakan full day school setiap daerah memiliki kebijakan masing-masing dalam penerapan waktu kegiatan belajar mengajar Seto juga menegaskan dalam proses belajar mengajar harus mempertimbangkan hak-hak anak
"yang penting adalah bahwa proses belajar itu harus ramah anak dan demi kepentingan terbaik bagi anak jadi belajar juga bukan hanya formal bisa juga nonformal di tengah masyarakat melalui sanggar-sanggar bisa juga di dalam keluarga dan tidak semua juga ibu itu bekerja" ujar Seto Mulyadi Ketua Umum Komnas PA
Saat ini wacana full day school masih dalam tahap sosialisasi pemerintah membutuhkan masukan-masukan dari masyarakat termasuk dalam segi sosial dan geografis dari berbagai wilayah di Indonesia.
Source"http://regionaldailly.blogspot.co.id/2016/08/program-mendikbud-full-day-school.html" Unknown 01.02 New Google SEO Bandung, Indonesia
"jadi nanti tidak ada mata pelajaran jadi itu kegiatan yang menggembirakan kegiatan kokurikuler yang nanti bisa merangkum tujuan tadi 18 karakter itu maksud kita jadi mohon sekali lagi untuk tidak menggunakan kata-kata full day karena itu memang sangat menyesatkan jadi sebetulnya adalah kegiatan tambahan kegiatan full kurikuler di sekolah" ujar Muhadjir Effendy Mendikbud
Kegiatan penambahan jam pelajaran bertujuan untuk pembentukan karakter siswa sekaligus menjadikan sekolah rumah kedua usulan program sekolah sepanjang hari atau full day school juga di dukung menteri pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi Asman Abnur agar bisa bersinergi dengan program baru kemendikbud ini pihaknya akan menyiapkan sumber daya guru
"ya mungkin untuk peningkatan kualitas ya kalau peningkatan kualitas harus kita dukung karena kan banyak juga ternyata guru-guru yang harus di up date terus ilmunya tidak boleh ketinggalan nah saya lagi metakan ini berapa usia guru yang muda berapa yang sedang berapa yang sudah tua nah untuk terhadap ini apa langkah kita" ucap Asman Abnur Menpan RB
Sementara itu pemerhati anak Seto Mulyadi menilai butuh pengkajian lebih dalam dari respons masyarakat terhadap usulan kebijakan full day school setiap daerah memiliki kebijakan masing-masing dalam penerapan waktu kegiatan belajar mengajar Seto juga menegaskan dalam proses belajar mengajar harus mempertimbangkan hak-hak anak
"yang penting adalah bahwa proses belajar itu harus ramah anak dan demi kepentingan terbaik bagi anak jadi belajar juga bukan hanya formal bisa juga nonformal di tengah masyarakat melalui sanggar-sanggar bisa juga di dalam keluarga dan tidak semua juga ibu itu bekerja" ujar Seto Mulyadi Ketua Umum Komnas PA
Saat ini wacana full day school masih dalam tahap sosialisasi pemerintah membutuhkan masukan-masukan dari masyarakat termasuk dalam segi sosial dan geografis dari berbagai wilayah di Indonesia.
Source"http://regionaldailly.blogspot.co.id/2016/08/program-mendikbud-full-day-school.html" Unknown 01.02 New Google SEO Bandung, Indonesia